Baitul Hikmah Depok - Media merupakan istilah makro, dimana mikronya adalah eksekusi. Bisa melalui tulisan; novel, puisi, prosa, esai, foto, film, dan sebagainya. Peran santri sangat diperlukan di era globalisasi ini, dimana santri harus menguasai media juga memunculkan kembali ruh media yang sesungguhnya, yakni menyampaikan informasi yang benar dengan cara santun.
Pertama, media tulisan. Sejak zaman Rasulullah, eksistensi media sudah diakui. Kala itu, media dakwah yang digunakan adalah media tulisan, yakni berupa syair. Syair merupakan media dakwah yang dirasa sangat berpengaruh, dimana para pakar sastra Makkah akan sangat bangga jika karyanya di tempel di dinding Kabah. Pemanfaatan syair bukan hanya sebagai alat penyalur opini, tapi juga untuk berperang. Pada puncak perang syair itulah Al-Qur’an diturunkan.
Keindahanan sastra Al-Quran tak ada yang mampu menandingi sampai detik ini. Para pakar sastra Makkah, ahli filsafat dibuat bungkam juga terpesona ketika Rosulullah membacakan tiga huruf Al-Quran Alif, Lam, Mim. Bahkan, sekelas Abu jahal yang ketika siang mengingkari dan memaki keindahan Al-Quran, malam harinya diam-diam menuju rumah Rasulullah untuk mendengarkan lantunan ayat Al Quran. Subhanallah.
Para sahabat dan para ulama kala itu adalah sosok yang bukan hanya pakar dibidang agama, beliau juga pakar dalam ilmu komunikasi, terutama media tulisan. Contohnya Imam Syafii. Seorang satrawan besar yang menghafal semua syair jahiliyah, sampai akhinya lahir buku ensiklopedi juga antologi puisi Imam Syafii (Diwan Imam as-Syafi’i).